Nguras Enceh
“Tradisi turun temurun dari Sang Raja Sultan Agung. Bukan hanya tentang mengganti air lama menjadi baru, tetapi bagaimana nilai harmonisasi dan saling menghargai yang tercipta.”
Upacara tradisi nguras enceh berasal dari wilayah Imogiri, tepatnya di kompleks makam raja-raja Mataram yang ada di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Tradisi nguras enceh bertujuan untuk mengenang jasa-jasa Raja Mataram ke-3 yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. Tradisi nguras enceh merupakan kegiatan penggantian atau pengurasan air di dalam enceh yang berukuran besar. Air di dalam enceh yang dikuras tersebut diyakini masyarakat dapat membawa berkah, sehingga masyarakat berbondong-bondong berebut air yang dikuras tersebut. upacara tradisi nguras enceh adalah salah satu tradisi yang ada di makam raja-raja Imogiri dan saat ini masih rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat Imogiri. Tradisi ini di dalamnya berupa penggantian air yang sudah berusia satu tahun di dalam enceh untuk diganti dengan air yang baru. Upacara ini dilaksanakan pada Jum’at kliwon atau Selasa kliwon yang ada pada bulan Muharram dalam kalender Hijriyah, bulan Suro dalam kalender Jawa. Yang membuat tradisi ini tidak hanya sekedar penggantian air di dalam enceh adalah dikeramatkannya enceh tersebut, sehingga adanya anggapan air yang sudah masuk ke dalam enceh tersebut dapat menyembuhkan penyakit dan membawa berkah, tidak heran jika masyarakat berbondong-bondong untuk mengikuti upacara tradisi ini untuk bisa mendapatkan air yang dipercayai berkhasiat tersebut. Terlepas dari percaya atau tidaknya mengenai khasiat air yang ada dalam enceh tersebut tentunya tergantung dari keyakinan dari setiap para pelaksana upacara. Upacara ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah dari Allah SWT serta sebagai penghormatan kepada para leluhur terkhusus Sultan.
Add comment